Kegiatan lomba sastra dan bahasa harus digalakkan pemerintah daerah sebagai upaya melestarikan sastra dan bahasa setempat sekaligus melestarikan kebudayaan nasional, termasuk bahasa Indonesia. Hal itu disampaikan Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Dendy Sugono pada acara puncak Bulan Bahasa dan Sastra 2007, di Gedung Aula Pusat Bahasa Depdiknas, Jakarta, kemarin.
Dendy Sugono memaparkan, tidaklah cukup jika lomba karya sastra dan bahasa hanya digaungkan pemerintah pusat, tetapi juga harus dilakukan pemerintah daerah. Pasalnya, selama ini lomba karya sastra dan bahasa sebagai bagian dari upaya pengembangan kecerdasan emosional lebih terpinggirkan oleh lomba yang mengutamakan kecerdasan intelektual, seperti matematika, fisika, dan kimia.
Untuk itu, menurut Dendy, selain pemerintah daerah, kalangan sastrawan di daerah perlu mendorong adanya suatu ikatan kebersamaan dan persatuan dalam membentuk sebuah komunitas sastra se-Indonesia.
Di sisi lain, dalam waktu dekat, Pusat Bahasa Depdiknas juga akan menggemakan Kampanye Pengutamaan Bahasa Indonesia sebagai tindak lanjut Komunike Bersama Tiga Menteri (Indonesia, Malaysia, dan Brunai) pada 2006.
ujaran diatas haruslah kita pikirkan secara seksama, karena memang benar bahwa pengetahuan mengenai sastra pada zaman sekarang mulai punah. Banyak anak daerah, yang tidak tahu mengenai sastra yang ada didaerahnya sendiri. Dan mungkin, anda salah satunya. Untuk itu, hal ini perlu menjadi pusat perhatian, bukan hanya pemerintah daerah, namun pemerintah pusat. Kita dikalangan mahasiswa harus dapat berpikir dan bertindak secara kritis dan kreatif, agar hal ini tidak terjadi. Salah satu yang cara yang dilakukan oleh anak-anak daerah adalah dengan mengadakan lomba di berbagia ivent. Namun semua itu tidaklah cukup. Harus dilakukan berbagai upaya agar sastra tetap utuh, mulai dari tingkat daerah hingga nasional. Ini menjadi PR bagi kita semua. (HPI)
Dendy Sugono memaparkan, tidaklah cukup jika lomba karya sastra dan bahasa hanya digaungkan pemerintah pusat, tetapi juga harus dilakukan pemerintah daerah. Pasalnya, selama ini lomba karya sastra dan bahasa sebagai bagian dari upaya pengembangan kecerdasan emosional lebih terpinggirkan oleh lomba yang mengutamakan kecerdasan intelektual, seperti matematika, fisika, dan kimia.
Untuk itu, menurut Dendy, selain pemerintah daerah, kalangan sastrawan di daerah perlu mendorong adanya suatu ikatan kebersamaan dan persatuan dalam membentuk sebuah komunitas sastra se-Indonesia.
Di sisi lain, dalam waktu dekat, Pusat Bahasa Depdiknas juga akan menggemakan Kampanye Pengutamaan Bahasa Indonesia sebagai tindak lanjut Komunike Bersama Tiga Menteri (Indonesia, Malaysia, dan Brunai) pada 2006.
ujaran diatas haruslah kita pikirkan secara seksama, karena memang benar bahwa pengetahuan mengenai sastra pada zaman sekarang mulai punah. Banyak anak daerah, yang tidak tahu mengenai sastra yang ada didaerahnya sendiri. Dan mungkin, anda salah satunya. Untuk itu, hal ini perlu menjadi pusat perhatian, bukan hanya pemerintah daerah, namun pemerintah pusat. Kita dikalangan mahasiswa harus dapat berpikir dan bertindak secara kritis dan kreatif, agar hal ini tidak terjadi. Salah satu yang cara yang dilakukan oleh anak-anak daerah adalah dengan mengadakan lomba di berbagia ivent. Namun semua itu tidaklah cukup. Harus dilakukan berbagai upaya agar sastra tetap utuh, mulai dari tingkat daerah hingga nasional. Ini menjadi PR bagi kita semua. (HPI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar